Melonjaknya harga-harga bahan pokok di pasaran makin menyusahkan kehidupan rakyat kecil. Naiknya harga-harga bahan pokok seperti minyak goreng, terigu, kedelai, disebabkan oleh naiknya harga bahan pokok tersebut di pasaran internasional. Indonesia sampai sekarang masih mengimpor aneka bahan pangan tersebut.
Pedagang gorengan merupakan salah satu kalangan yang dibuat menjerit dengan keadaan ini. Pak Alan, salah seorang pedagang gorengan di daerah Ciseke, Jatinangor mengakui ia hanya bisa pasrah dengan keadaan ini. Tetapi ia terus mencoba untuk berjualan sebab terpaksa. Ia mengakui keuntungan seharinya yang dulu biasanya berkisar Rp. 150.000 kini menjadi Rp. 80.000 per hari. Itupun masih merupakan keuntungan kotor.
Ia menambahkan bahwa yang paling membuatnya tersiksa adalah cepatnya harga minyak goreng naik. Padahal bagi seorang pedagang gorengan, minyak goreng adalah hal yang krusial untuk menjalankan usahanya. Rabu (23/1), harga minyak goreng sudah mencapai Rp. 13.000 per kilonya.
Selain Pak Alan, masih banyak pedagang-pedagang kecil lain yang masih mencoba berjualan di tengah himpitan harga bahan pokok yang terus melonjak. Sebagian lainnya, memilih tidak berjualan dan mencari pekerjaan lain di tengah krisis ini.
Banyak pengamat ekonomi berpendapat bahwa melonjaknya harga bahan pangan di Indonesia merupakan awal dari sebuah krisis pangan. Hal ini tentu saja merupakan sebuah ironi mengingat Indonesia adalah sebuah negara agraris. Sampai kapankah keadaan ini akan berlanjut? Tentunya diperlukan tindakan tepat dari pemerintah untuk mengatasi keadaan ini. (R. Ditta Aditya Pratama/ 210110060195)
Pedagang gorengan merupakan salah satu kalangan yang dibuat menjerit dengan keadaan ini. Pak Alan, salah seorang pedagang gorengan di daerah Ciseke, Jatinangor mengakui ia hanya bisa pasrah dengan keadaan ini. Tetapi ia terus mencoba untuk berjualan sebab terpaksa. Ia mengakui keuntungan seharinya yang dulu biasanya berkisar Rp. 150.000 kini menjadi Rp. 80.000 per hari. Itupun masih merupakan keuntungan kotor.
Ia menambahkan bahwa yang paling membuatnya tersiksa adalah cepatnya harga minyak goreng naik. Padahal bagi seorang pedagang gorengan, minyak goreng adalah hal yang krusial untuk menjalankan usahanya. Rabu (23/1), harga minyak goreng sudah mencapai Rp. 13.000 per kilonya.
Selain Pak Alan, masih banyak pedagang-pedagang kecil lain yang masih mencoba berjualan di tengah himpitan harga bahan pokok yang terus melonjak. Sebagian lainnya, memilih tidak berjualan dan mencari pekerjaan lain di tengah krisis ini.
Banyak pengamat ekonomi berpendapat bahwa melonjaknya harga bahan pangan di Indonesia merupakan awal dari sebuah krisis pangan. Hal ini tentu saja merupakan sebuah ironi mengingat Indonesia adalah sebuah negara agraris. Sampai kapankah keadaan ini akan berlanjut? Tentunya diperlukan tindakan tepat dari pemerintah untuk mengatasi keadaan ini. (R. Ditta Aditya Pratama/ 210110060195)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar