Rabu, 23 Januari 2008

Jatinangor dan Kesimpang Siurannya.

Sebuah kecamatan di Sumedang ini semakin hari semakin tidak jelas arah pembangunannya. Pernahkah terbayang sebuah kecamatan mempuyai dua mal yang berdiri dengan mewahnya. Kedua mal itu adalah Jatinangor Town Square (Jatos) dan Plaza Padjajaran (PP). Disaat masalah kemacetan belum teratasi, muncul dua permasalahan baru bagi Jatinangor menambah tumpukan masalah yang ditanggung oleh Kecamatan Jatinangor.
“Konsep tata ruangnya memang kacau sekali. Dan kita sudah terlambat untuk memperbaikinya.” Ujar Humas Pemerintah Daerah Sumedang, Ikhwan Sukardi. Pemda Sumedang sudah berusaha untuk memperbaiki kemacetan dengan membagi jalan di depan IPDN menjadi dua jalur, namun tidak berhasil memecahkan masalah kemacetan. Menurutnya, untuk ukuran Jatinangor yang memiliki 4 universitas besar, dan bertebarannya tempat kos, ukuran atau lebar jalan tidak mendukung. Ditambah lagi dengan hadirnya 2 mal di Jatinangor.
Namun ajaibnya, dibalik kesemrawutannya Jatinangor adalah penyumbang terbesar pundi-pundi keuangan Sumedang. “Jatinangor adalah pemegang urutan pertama pemasukan terbesar setelah Kecamatan Sumedang Utara.” Ujar Ikhwan Sukardi. “Oleh karena itu kami (Pemda Sumedang) akan mempertahankan Jatinangor tetap menjadi bagian dari Kabupaten Sumedang. (Gilang Pamungkas + 2101-1006-0139)

Stasiun TV Komunitas Pertama di Jatinangor


Pada tanggal 5 Januari 2008 lalu, LP Channel melakukan siaran pertamanya di Jatinangor. Siaran perdana tersebut dilakukan pada pukul 09.00 WIB di kantor LP Channel yang terletak di Plaza Padjadjaran, Jatinangor. Peluncuran perdana tersebut dilanjutkan dengan acara kumpul bersama seluruh kru LP Channel. Acara yang dihadiri oleh hampir seluruh awak LP Channel itu berlangsung meriah hingga malam hari.
Stasiun TV LP Channel itu merupakan stasiun televisi komunitas pertama di Jatinangor. LP Channel berkonsentrasi untuk menggarap segmen anak muda dan mahasiswa yang berdomisili di Jatinangor. Sepertinya potensi tersebut cukup menjanjikan, mengingat di Jatinangor terdapat beberapa intitusi pendidikan, seperti Universitas Padjadjaran, Universitas Winaya Mukti, Institut Pemerintahan Dalam Negeri, dan Institut Koperasi Indonesia.
Anak perusahaan LP Broadast Media tersebut memang sudah direnanakan sejak beberapabulan silam. Saat ini, menurut Fannie Ferdiansyah alias Lulu, General Manager LP Broadcast Media, keterbatasan dana, jadwal kuliah yang padat, kurangnya sumber daya yang potensial, dan mood kru LP Channel yang labil menjadi hambatan terberat selama ini. Lulu mengatakanbahwa perkembangan LP Channel selama ini cukup baik meskipun molor dari waktu yang direncanakan, karena sering berbenturan dengan kepentingan kuliah.
LP Broadcast Media meluncurkan LP Channel dengan gelombang channel 21 dan 467 UHV. Menara pemancarnya diletakkan di Plaza Padjadjaran dan alatnya di dalam kantor LP Channel yang juga terletak di Plaza Padjadjaran. Untuk promosi, LP Channel akan menyebarkan flyer pada tanggal 11 Februari 2008 atau saat hari pertama kuliah, shooting on the spot, dan mengadakan acara off air.
LP adalah kepanjangan dari Literature Project yang didirikan beberapa orang mahasiswa Unpad. LP pertama kali dibentuk pada tahun 23 Agustus 2004. Pada saat itu LP hanya induknya saja; yaitu LP Broadcast Media dan belum mendirikan apa-apa. Baru pada tanggal 5 Januari 2005, secara resmi LP Broadcast Media meluncurkan LP Radio dengan gelombang frekuensi 107,3 FM. LP Radio tersebut didirikan sebagai tempat belajarnya mahasiswa Jatinangor di bidang radio sebelum terjun ke dunia radio yang lebih ketat.
Atas dasar itulah, LP meluncurkan LP Channel pada tanggal 5 Januari 2008, yang juga hanyamencakup Jatinangor. LP Channel didirikan juga sebagai tempat untuk sarana belajarmahasiswa Jatinangor di bidang pertelevisian. Saat ini LP Channel hanya melakukan siaranpercobaan saja. Jika tidak ada aral melintang, rencananya LP Channel akan mulai menyiarkantayangan produksinya tanggal 18 Februari 2008 dan akan tayang selama 18 jam, dari jam 06.00 WIB sampai 24.00 WIB.
(Dimas Indra Buana + 2101-1006-0061)

Harga Melonjak... Tukang Gorengan Berteriak...!

Melonjaknya harga-harga bahan pokok di pasaran makin menyusahkan kehidupan rakyat kecil. Naiknya harga-harga bahan pokok seperti minyak goreng, terigu, kedelai, disebabkan oleh naiknya harga bahan pokok tersebut di pasaran internasional. Indonesia sampai sekarang masih mengimpor aneka bahan pangan tersebut.
Pedagang gorengan merupakan salah satu kalangan yang dibuat menjerit dengan keadaan ini. Pak Alan, salah seorang pedagang gorengan di daerah Ciseke, Jatinangor mengakui ia hanya bisa pasrah dengan keadaan ini. Tetapi ia terus mencoba untuk berjualan sebab terpaksa. Ia mengakui keuntungan seharinya yang dulu biasanya berkisar Rp. 150.000 kini menjadi Rp. 80.000 per hari. Itupun masih merupakan keuntungan kotor.
Ia menambahkan bahwa yang paling membuatnya tersiksa adalah cepatnya harga minyak goreng naik. Padahal bagi seorang pedagang gorengan, minyak goreng adalah hal yang krusial untuk menjalankan usahanya. Rabu (23/1), harga minyak goreng sudah mencapai Rp. 13.000 per kilonya.
Selain Pak Alan, masih banyak pedagang-pedagang kecil lain yang masih mencoba berjualan di tengah himpitan harga bahan pokok yang terus melonjak. Sebagian lainnya, memilih tidak berjualan dan mencari pekerjaan lain di tengah krisis ini.
Banyak pengamat ekonomi berpendapat bahwa melonjaknya harga bahan pangan di Indonesia merupakan awal dari sebuah krisis pangan. Hal ini tentu saja merupakan sebuah ironi mengingat Indonesia adalah sebuah negara agraris. Sampai kapankah keadaan ini akan berlanjut? Tentunya diperlukan tindakan tepat dari pemerintah untuk mengatasi keadaan ini. (R. Ditta Aditya Pratama/ 210110060195)

Harga Terigu dan Minyak Melambung


JATINANGOR (23/1)- Sejak akhir tahun 2007, hampir seluruh harga bahan makanan pokok meningkat. Bahan makanan yang paling terlihat lonjakan harganya adalah kedelai, minyak, dan terigu. Di Jakarta, harga terigu dan minyak hampir setiap hari mengalami peningkatan.
Tidak hanya di Jakarta, di Pasar Cikuda, Jatinangor juga mengalami hal yang sama. Seorang penjual bahan makanan pokok, Mas Yana mengeluhkan harga terigu dan minyak yang terus meningkat.
"Harga minyak terus naik, tadinya hanya Rp. 9200, sekarang sudah mencapai Rp.10.200. Harga terigu juga terus naik, mulai dari Rp 5800, Rp. 6300, sekarang sudah Rp. 6400." ujar Mas Yana sambil mengeluh.
Naiknya harga minyak dan terigu membuat banyak orang terkena imbasnya, seperti penjual gorengan. Banyak penjual gorengan yang penghasilannya berkurang drastis akibat kenaikan harga minyak dan terigu. Bahkan ada yang gulung tikar, seperti Mas Amet penjual gorengan di sekitar Pasar Cikuda..
"Dulu saya menjual gorengan di sini, tetapi setelah harga terigu dan minyak terus naik, saya menjadi penjual rujak sekarang. Soalnya saya sudah tidak mampu membiayai keluarga dengan hasil penjualan gorengan, apalagi harga tempe juga ikut naik." ujar Mas Amet.
Kenaikan harga pokok hampir di setiap daerah ini bisa disebabkan masih tergantungnya pasokan dalam negeri kepada produk impor. Pemerintah terus berusaha untuk menangani masalah ini. Akan tetapi, hasil kerja pemerintah sampai saat ini belum terlihat.
Dalam menangani masalah ini, seharusnya pemerintah bisa memaksimalkan semua yang ada di Indonesia. Jika seluruh sumber daya alam Indonesia dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, tentu Indonesia tidak perlu mengimpor dari negara lain.
Febriany Dian A.P (210110060287)

Kota Di tengah Dusun

“Eh tau ga? Sekarang di Jatinangor udah ada mall loh. Udah ada bioskop, tempat biliard, lapangan futsal sintetik”. “Wah kalo begitu sekarang Jatinangor bukan dusun lagi dong?”. Pembicaraan seperti ini sudah banyak didengar di kalangan mahasiswa yang kuliah di Jatinangor. Memang benar, saat ini Jatinagor bukan hanya sebuah dusun yang jauh dari peradaban kota. Bisa dibilang saat ini Jatinagor sudah menjadi kota. Mungkin hal ini didukung oleh adanya empat universitas yang menjadikan Jatinagor menjadi wilayah pendidikan. Empat universitas itu antara lain adalah Universitas Padjajaran, Universitas Winaya Mukti, IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri), IKOPIN.
Mungkin jika siang hari akan terlihat banyak sekali mahasiswa mulai dari mahasiswa IPDN, mahasiswa IKOPIN, mahasiswa UNWIM, dan mahasiswa UNPAD, yang berkeliaran dan menjalani kehidupannya sebagai mahasiswa.
Namun saat malam tiba, suasana tiba-tiba berubah total. Jatinangor berubah menjaditempat yang cocok untuk wisata kuliner. Banyak penjaja makanan yang menjual barang dagangannya di berbagai tempat di Jatinangor. Mulai dengan mendirikan tenda-tenda sampai dengan membuka toko sendiri. Harga makanan yang dijual berkisar rata-rata Rp. 5000 sampai dengan Rp. 15000. Dengan kata lain disesuaikan dengan kemampuan konsumen yang rata-rata mahasiswa.
Mahasiswa yang kuliah di Jatinangor kebanyakan berasal dari kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Pekanbaru, Makassar, dan masih banyak lagi. Secara otomatis mereka membutuhkan sarana hiburan untuk melepaskan segala kejenuhan mereka disela-sela kesibukkan mereka kuliah.
Kehadiran JATOS (Jatinangor Town Square) juga secara tidak langsung mempengaruhi kehidupan ekonomi masyarakat sekitar. Terutama yang memiliki usaha warung-warung kecil dan tempat makan yang sederhana secara otomatis penghasilannya akan tergerus dan tersedot dengan kehadiran JATOS. Belum lagi sebagai pusat keramaian menjadikan jalan didepan JATOS menjadi macet dan padat sehingga makin membuat ketidaknyamanan bagi penduduk setempat.
Pasalnya Jatinagor adalah wilayah pendidikan, dengan adanya fasilitas seperti tempat olahraga biliard, pusat perbelanjaan, dan pusat olahraga futsal, bisa jadi masyarakat yang mayoritas adalah mahasiswa menjadi malas untuk kuliah.
Masalah kemacetan lalu lintas di Jalan Raya Jatinangor Kabupaten Sumedang, sudah bisa dikurangi. Untuk mengatasi masalah lalu lintas di daerah tersebut, Dinas Bina Marga Jabar, tahun ini akan membuat ruas jalan sepanjang lebih kurang 1,2 km, untuk membagi dua arus lalu lintas di Jatinangor.
Kemacetan itu juga mungkin bisa teratasi dengan membuat terminal kecil untuk bus kota. Mungkin lokasi untuk terminal itu di samping ruas jalan baru di belakang kawasan pemukiman penduduk pada bagian lahan kampus Unpad. Pemerintah daerah Sumedang yakin dengan adanya jalan baru akan mengurangi kemacetan di Jatinangor.
Selain masalah yang di timbulkan memang banyak juga keuntungan yang di hasilkan dengan Kehadiran JATOS seperti timbulnya lapangan pekerjaan, kemudahan memperoleh kebutuhan bagi mahasiswa dan variasi hiburan yang pastinya. Dan dengan hadirnya JATOS mahasiswa yang belajar di salah satu universitas di Jatinangor tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk bisa mendapatkan hiburan.

Bayu Taruna Wibisono
2101 1006 0367

Selasa, 22 Januari 2008

Pemecahan Rekor MURI oleh SDN Cibeusi Jatinangor

PEMECAHAN REKOR MURI DI JATINANGOR

Tepat satu bulan lagi, pada 23 Februari 2008 akan dilaksanakan Pemecahan Rekor MURI oleh SDN Cibeusi Jatinangor, Sumedang. SDN Cibeusi akan memecahkan rekor MURI dengan kategori Sekolah Dasar yang Memiliki Lagu Terbanyak Mengenai Sekolahnya Sendiri.
Awalnya, SDN Cibeusi tidak berencana memecahkan rekor MURI. Akan tetapi, saat diadakan Kongres Dewan Sekolah Cibeusi Sumedang (DSCS), banyak tokoh masyarakat seperti anggota DPRD, bupati, yang menyarankan SDN Cibeusi untuk memecahkan rekor MURI.
Pada saat itu, SDN Cibeusi hanya memiliki beberapa lagu, seperti Mars SD Cibeusi dan Hymne SD Cibeusi. Namun, setelah adanya rencana tersebut, SDN Cibeusi bersama Komite Sekolah dan salah satu tokoh kesenian Jatinangor, Bapak Supriatna, berusaha menciptakan lagu sebanyak-banyaknya. Sampai akhirnya, sudah ada 45 lagu yang akan dibawa pada Pemecahan Rekor MURI tersebut.
“Awalnya kami tidak berencana untuk membawanya ke MURI, karena kami hanya memiliki beberapa lagu saja, belum ada 45 seperti saat ini.” ujar Kepala Sekolah SDN Cibeusi Bapak Ruhyana.
“Namun, atas dukungan para pejabat setempat, kami bersama Komite Sekolah dan Bapak Supriatna, menciptakan lagi banyak lagu tentang SDN Cibeusi. Baik dengan menggunakan bahasa Sunda, maupun bahasa Nasional.” tambahnya kemudian.
Dalam mempersiapkan diri menghadapi pemecahan rekor MURI, murid-murid SDN Cibeusi berlatih keras setiap hari untuk menghafal lagu-lagu tersebut. Meskipun pada 23 Februari 2008 nanti tidak semua lagu dinyanyikan, mereka tetap bersemangat untuk menghafalnya.
“Tidak semua lagu dinyanyikan dan murid-murid bernyanyi, karena akan membutuhkan waktu yang lama, kasihan anak-anaknya. Lagi pula, masih ada beberapa acara pendukung yang akan ditampilkan, seperti pencak silat, marching band, dan beberapa acara lainnya.” ujar Bapak Ruhyana.
Dengan diselanggarakannya acara tersebut, Bapak Ruhyana mengharapkan akan ada perhatian lebih kepada SDN Cibeusi dan SDN lainnya. Semoga pemerintah akan memberikan perhatiannya dengan membantu dalam penyediaan sarana dan prasarana sekolah. (Riendy Astria, 210110060343)

Perayaan Natal Universitas Padjadjaran

NATAL UNPAD DI IPDN


Sabtu, 12 Januari lalu diadakan Perayaan Natal Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) dan Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) Universitas Padjadjaran (Unpad) di Institut Pegawai Dalam Negeri (IPDN).

Perayaan Natal ini dihadiri oleh hampir 1000 orang. Diantaranya ada juga tamu undangan yang datang dari Universitas lain di Bandung seperti ITB, Maranatha, dan lain-lain. Selain itu juga ada beberapa lembaga pelayanan yang turut hadir merayakan sukacita Natal bersama.

Sesuatu hal yang baru dalam perayaan Natal ini dibandingkan dengan Perayaan Natal sebelumnya adalah kebersamaan PMK dan KMK. Sebelumnya, PMK dan KMK merayakan Natal masing-masing.

Namun, dengan perjuangan oleh mahasiswa-mahasiswa yang menjadi panitia dan pengurus kedua belah pihak, PMK dan KMK bisa merayakan bersama. Perayaan Natal ini penuh sukacita dan hikmat.

Renugan dari Romo Priyo memberi bimbingan kepada mahasiswa untuk saling mengasihi dan mendukung. PMK dan KMK adalah satu tubuh dan tidak boleh saling menyakiti. Romo berharap PMK dan KMK bisa bersatu untuk menjadi garam dan terang dunia.

Dalam kata sambutannya, Ketua Pelaksana Perayaan Natal ini, Benny A. Sitohang mengucapkan banyak terima kasih untuk penitia atas terselenggaranya Perayaan Natal ini. Dia juga berharap, PMK dan KMK bisa terus bersatu dan saling membangun.

Perayaan Natal ini juga menunjukkan kerja sama yang baik antara Unpad dengan IPDN. Dalam perizinan tempat untuk acara.

[Nidya Swasti Budiarti 210110060157]